Percobaan ini bertujuan untuk memisahkan komponen-komponen dari kulit batang kemiri dan untuk menentukan perbandingan eluen yang dapat menghasilkan pemisahan yang bagus.
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa murninya. Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya. KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida-lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi, dan isolasi senyawa murni skala kecil.
Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam. Gel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendarflour dalam sinar ultra violet. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. Pelaksanaan ini biasanya dalam pemisahan warna yang merupakan gabungan dari beberapa zat pewarna atau pemisahan dan isolasi pigment tanaman yang berwarna hijau dan kuning.
Sampel yang dipisahkan merupakan fraksi n-heksan, fraksi etil asetat, dan fraksi n-butanol dari ekstrak kulit batang kemiri. Sedangkan pelarut yang digunakan sebagai eluen adalah n-heksan, etil asetat, kloroform, metanol, dan air. Eluen yang digunakan merupakan pencampuran dari pelarut tersebut. Eluen yang dibuat adalah perbandingan n-heksan : etil asetat adalah perbandingan 6:4, 7:3, dan 9:1, sedangkan perbandingan kloroform : metanol : air yang digunakan adalah 10:6:0,5. Pada fraksi etil asetat dan n-heksan menggunakan eluen campuran keduanya. Sedangkan pada fraksi n-butanol menggunakan eluen kloroform : metanol : air.
Tiap fraksi-fraksi ekstrak yang terdapat dalam botol vial dilarutkan dengan kloroform/metanol dengan perbandingan 1:1. Penambahan ini bertujuan agar hasil pencampuran tiap fraksi ekstrak menjadi agak non polar, karena kloroform merupakan non polar dan metanol adalah semi polar, sehingga pada saat penotolan diharapkan hasil yang baik dikarenakan tingkat kepolaran yang seimbang.
Setelah membuat eluen yang akan digunakan dilanjutkan dengan menyiapkan plat KLT yaitu dengan memotongnya sesuai dengan panjang 7,5 cm dan lebar 2 cm. Dan kemudian dibuat batas bawah dan atasnya agar mudah untuk menghitung Rfnya. Batas bawah yang dibuat adalah 1 cm dan batas atas adalah ½ cm. batas bawah dan batas atas ini dibuat dengan menggunakan pensil. Sebuah garis menggunakan pensil digambar dekat bagian bawah lempengan dan setetes pelarut dari campuran pewarna ditempatkan pada garis itu. Diberikan penandaan pada garis di lempengan untuk menunjukkan posisi awal dari tetesan.
Sebagai penanda batas atas dan batas bawah fase diam (yang akan dilalui eluen) digunakan pensil, karena pensil mengandung senyawa karbon yang tidak larut dalam eluen. Jika ini dilakukan menggunakan tinta, pewarna dari tinta akan bergerak selayaknya kromatogram dibentuk, oleh karena itu digunakan pensil sebagai penandanya. Batas bawah diberi garis 1 cm dan bagian atas 1/2 cm. Dimana eluen yang digunakan tidak boleh lebih dari 1 cm, hal ini dikarenakan sesuai dengan prinsip kapilaritas, yaitu untuk menaikkan spot (ascending). Kapilaritas adalah naiknya cairan eluen melalui pori-pori kapiler lempeng. Penotolan biasanya dilakukan menggunakan pipa kapiler kaca tetapi dapat pula dilakukan penyemprotan atau alat otomatis. Lalu pelarut dibiarkan menguap atau dihilangkan dengan bantuan aliran udara kering. Selanjutnya lapisan dimaksudkan ke bejana pengembang sesuai dengan fraksi dan perbandingan masing-masing.
Ketika bercak dari campuran itu mengering, lempengan ditempatkan dalam sebuah gelas kimia bertutup berisi pelarut dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut berada di bawah garis dimana posisi bercak berada. Alasan untuk menutup gelas kimia adalah untuk meyakinkan bawah kondisi dalam gelas kimia terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk mendapatkan kondisi ini, dalam gelas kimia biasanya ditempatkan beberapa kertas saring yang terbasahi oleh pelarut. Kondisi jenuh dalam gelas kimia dengan uap mencegah penguapan pelarut.
Karena pelarut bergerak lambat pada lempengan, komponen-komponen yang berbeda dari campuran pewarna akan bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan tampak sebagai perbedaan bercak warna. Pelarut dapat mencapai sampai pada bagian atas dari lempengan. Ini akan memberikan pemisahan maksimal dari komponen-komponen yang berwarna untuk kombinasi tertentu dari pelarut dan fase diam.
Deteksi bercak digunakan 2 cara, yaitu fisika dan kimia. Untuk cara fisika, digunakan sinar UV. Sejumlah senyawa alam akan berflouresensi yaitu memancarkan cahaya tampak saat dikenai sinar UV atau mengabsorpsi sinar UV. Senyawa yang mengabsorpsi sinar UV akan tampak sebagai daerah gelap di bawah UV. Oleh kerana itu digunakan sinar UV dengan tujuannya untuk mendeteksi senyawa yang dapat berfluoresensi, dimana senyawa tersebut memiliki gugus khromofor. Gugus khromofor merupakan gugus yang dapat memberi atau menghasilkan warna. UV digunakan dengan panjang gelombang 254 nm dan 366 nm. Panjang gelombang 254 nm tujuannya untuk menampakkan solut sebagai bercak yang gelap. Sedangkan jika dibawah panjang gelombang 366 nm untuk menampakkan bercak yang berfluoresensi sehingga pada pengamatan terlihat bercak berpendar (memancarkan cahaya).
Keuntungan menggunakan UV ialah karena sinar UV tidak merusak senyawa yang dideteksi, sehingga hasil kromatografi dapat kembali digunakan.
Sedangkan untuk cara kimia, yaitu dengan mereaksikan bercak menggunakan asam sulfat pekat melalui cara penyemprotan lalu dipanaskan dengan tujuan untuk mengoksidasi solut-solut organik yang tampak sebagai bercak hitam kecoklatan. Adanya warna hitam kecoklatan itu menunjukkan adanya senyawa organik pada sampel. Asam sulfat bersifar membakar. Hal ini dimaksudkan untuk mendeteksi senyawa karbon. Hal ini dibuktikan dengan munculnya warna coklat kehitaman. H2SO4 memutuskan ikatan rangkap, sehingga yang terlihat adalah karbonnya.
Pada proses pendeteksian dengan menggunakan sinar UV terlihat bercak pada lempeng silika gel tampak berekor. Hal ini disebabkan karena sampel masih mengandung air dimana pada proses pemisahan kurang sempurna.
Dari hasil pengamatan dapat dilihat pada fraksi n-hexan dengan eluen n-hexan dan etil asetat dengan perbandingan 6:4 menghasilkan noda yang berekor dan tidak terpisah sehingga perbandingan eluennya harus dikecilkan. Hal yang sama terjadi dengan fraksi yang lain dengan eluen yang berbeda-beda perbandingannya menghasilkan spot yang berekor dan senyawa yang tidak terpisah kecuali pada fraksi n-hexan dengan eluen n-hexan dan etil asetat dengan perbandingan 7:3 yang menghasilkan spot yang tidak berekor dan senyawa yang terpisah. Eluen yang baik pada percobaan kali ini adalah fraksi n heksan : etil asetat dengan perbandingan 7:3, karena senyawa-senyawa yang terlarut oleh pelarutnya terpisah dengan baik membentuk spot-spot yang berada di tengah.
Ketika pelarut mulai membasahi lempengan, pelarut pertama akan melarutkan senyawa-senyawa dalam bercak yang telah ditempatkan pada garis dasar. Senyawa-senyawa akan cenderung bergerak pada lempengan kromatografi sebagaimana halnya pergerakan pelarut.
Cepatnya senyawa-senyawa dibawa bergerak ke atas pada lempengan, tergantung pada kelarutan senyawa dalam pelarut, hal ini bergantung pada bagaimana besar atraksi antara molekul-molekul senyawa dengan pelarut. Serta bagaimana senyawa melekat pada fase diam, dalam hal ini gel silika, tergantung pada bagaimana besar atraksi antara senyawa dengan gel silika.
Warna yang terbentuk pada saat pelarutan lebih banyak pada ekstrak n-hexan daripada ekstrak etil asetat. Hal ini dikarenakan senyawa kulit batang kemiri lebih banyak yang tertarik ke pelarut n-hexan daripada etil asetat. Ini menunjukkan bahwa senyawa dalam kulit batang kemiri lebih banyak yang bersifat non polar.
G. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan :
1. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa murninya. Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya yag dapat digunakan untuk memisahkan senyawa- senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida-lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas.
2. Kulit batang kemiri sebagian besar terkandung senyawa non polar. Hal ini dikarenakan banyaknya warna pada fraksi n-heksan.
Selasa, 24 November 2009
PENELITIAN ANTITUBERKULOSIS JAHE DAN MENGKUDU
PENYAKIT tuberkulosis (TB) paru merupakan masalah dunia. World Health Organization (WHO) memperkirakan sepertiga penduduk dunia terinfeksi Mycobacterium tuberculosis. Dari data WHO tahun 2002, di Indonesia lebih kurang 175.000 orang meninggal per tahun karena penyakit TB.
Tuberkulosis merupakan penyakit yang mudah menular melalui pernapasan dan pengobatannya memerlukan waktu yang lama, sekurang-kurangnya enam bulan. Seringkali pasien bosan makan obat, sehingga tidak sembuh atau bahkan penyakitnya bertambah parah karena perkembangan resistensi mikroba. Oleh karena itu perlu dicari bahan alam yang dapat membunuh Mycobacterium tuberculosis terutama yang resisten terhadap berbagai obat standar(MDR).
Penelitian diawali dengan pemilihan pertumbuhan yang telah digunakan masyarakat untuk batuk berdarah dan muntah darah yang diduga dapat digunakan untuk penyakit TB. Seleksi tumbuhan yang potensial dilaksanakan dengan cara melakukan uji aktivitasnya terhadap Mycobacterium tuberculosis.
Untuk mengetahui keamanannya dilakukan uji toksisitas akut pada mencit dan uji toksisitas subkronis pada tikus seperti uji teratogenik pada tikus. Standardisasi dilakukan terhadap ekstrak jahe dan ekstra mengkudu sebelum dibuat sediaan kapsul. Selanjutnya kapsul digunakan untuk uji klinis pada pasien tuberkulosis.
Tumbuhan yang diteliti terhadap Mycobacterium tuberculosis adalah buah mengkudu, rimpang jahe gajah, bunga kembang sepatu, rimpang kunyit, rimpang temu putih, biji selasih, bawang putih, bawang merah dan lidah buaya. Setelah diuji secara in vitro, jahe gajah dan mengkudu menempati aktivitas anti Mycobacterium tuberculosis pada urutan teratas dibandingkan dengan tumbuhan lain.
Mengingat jahe memiliki tiga varietas, ketiga varietas tersebut yaitu jahe gajah, jahe emprit, dan jahe merah diuji terhadap Mycobacterium tuberculosis sehingga dapat diketahui varietas mana yang memberikan aktivitas paling kuat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jahe merah memiliki aktivitas paling kuat terhadap galur Mycobacterium yang resisten. Selanjutnya dilakukan pengujian terhadap ekstrak rimpang jahe merah dan ekstrak buah mengkudu serta kombinasinya.
Hasil penelitian secara in vitro menunjukkan ekstra jahe merah dan buah mengkudu serta kombinasinya menghambat Mycobacterium tuberculosis H37Rv (sensitif) dan galur yang resisten (Mt 552 dan Mt 223). Kombinasi ekstrak etanol rimpang jahe merah dan ekstrak etanol buah mengkudu telah diketahui menghasilkan efek yang aditif, penurunan konsentrasi masing-masing ekstra hingga setengahnya dalam kombinasi menunjukkan aktivitas yang sebanding dengan ekstra tunggalnya. Ekstrak jahe dan ekstrak mengkudu menunjukkan aktivitas pad 5-20 mg/ml untuk berbagai galur Mycobacterium. Hasil uji toksisitas akut pada mencit menunjukkan dosis letal 50 (LD50) ekstra jahe merah, ekstra mengkudu dan kombinasinya lebih besar dari 5.000 mg/kg bb, sehingga dapat dinyatakan aman dan dapat diteruskan ke uji toksisitas subkronis.
Pemberian selama 90 hari kombinasi ekstra jahe merah dan mengkudu pada tikus sampai dosis 1.000 mg/kg bb tidak menunjukkan gejala klinis dan gangguan perilaku sebanding dengan kelompok kontrol. Pemberian kombinasi ekstra jahe merah dan mengkudu dapat meningkatkan bobot badan tikus jantan bermakna terhadap kontrol (p<0,05). Penggunaan berulang jahe merah-mengkudu sampai 400 mg/kg bb relatif aman sedangkan kombinasi jahe merah-mengkudu dosis 1.000 mg/kg bb berefek hepatotoksik ringan dan nefrotoksik yang bersifa reversibel.
Hasil uji teratogenik pada tikus menunjukkan kombinasi jahe-mengkudu masing-masing dosis 1.000 mg/kg bobot badan tidak berpengaruh pada rangka, organ tubuh termasuk otak, tetapi warna hati janin lebih gelap dibandingkan kelompok kontrol yang dikhawatirkan hepatotoksik pada janin.
Selanjutnya dibuat sediaan kapsul ekstrak jahe merah dan kapsul ekstra buah mengkudu yang masing-masing mengandung 250 mg ekstrak. Pada uji klinik kapsul ekstra jahe dan kapsul ekstrak kmengkudu digunakan sebagai terapi tambahan terhadap obat antituberkulosis standar.
Hasil uji klinis pada pasien tuberkulosis menunjukkan kombinasi ekstra rimpang jahe merah dan ekstrak buah mengkudu dapat mempercepat konversi basil tahan asam (BTA) positip ke BTA negatip pada dua bulan pengobatan (fase intensif), memperbaiki kualitas hidup/keadaan umum pasien. Hasil uji setelah dua bulan dan enam bulan penggunaan kapsul tidak mempengaruhi fungsi ginjal (kreatinin), hati (SGPT, SGOT) dan tidak mempengaruhi glukosa, kolesterol, trigliserida, urea serta profil darah (darah merah, darah putih, hemoglobil, angka hematokrit).
Secara umum sediaan fitofarmaka kapsul jahe dan kapul mengkudu dapat mempercepat kesembuhan pasien tuberkulosis dan relatif aman tetapi tidak dianjurkan untuk ibu hamil. Dengan demikian, kedua sediaan fitofarmaka tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan untuk membantu pemberantasan penyakit tuberkulosis. Kombinasi jahe-mengkudu sebagai antituberkulosis ini sudah didaftarkan ke Direktorat Paten, Ditjen HKI, Departemen Kehakiman dan HAM RI dan mendapat nomor P00200600332, Juni 2006.
Tuberkulosis merupakan penyakit yang mudah menular melalui pernapasan dan pengobatannya memerlukan waktu yang lama, sekurang-kurangnya enam bulan. Seringkali pasien bosan makan obat, sehingga tidak sembuh atau bahkan penyakitnya bertambah parah karena perkembangan resistensi mikroba. Oleh karena itu perlu dicari bahan alam yang dapat membunuh Mycobacterium tuberculosis terutama yang resisten terhadap berbagai obat standar(MDR).
Penelitian diawali dengan pemilihan pertumbuhan yang telah digunakan masyarakat untuk batuk berdarah dan muntah darah yang diduga dapat digunakan untuk penyakit TB. Seleksi tumbuhan yang potensial dilaksanakan dengan cara melakukan uji aktivitasnya terhadap Mycobacterium tuberculosis.
Untuk mengetahui keamanannya dilakukan uji toksisitas akut pada mencit dan uji toksisitas subkronis pada tikus seperti uji teratogenik pada tikus. Standardisasi dilakukan terhadap ekstrak jahe dan ekstra mengkudu sebelum dibuat sediaan kapsul. Selanjutnya kapsul digunakan untuk uji klinis pada pasien tuberkulosis.
Tumbuhan yang diteliti terhadap Mycobacterium tuberculosis adalah buah mengkudu, rimpang jahe gajah, bunga kembang sepatu, rimpang kunyit, rimpang temu putih, biji selasih, bawang putih, bawang merah dan lidah buaya. Setelah diuji secara in vitro, jahe gajah dan mengkudu menempati aktivitas anti Mycobacterium tuberculosis pada urutan teratas dibandingkan dengan tumbuhan lain.
Mengingat jahe memiliki tiga varietas, ketiga varietas tersebut yaitu jahe gajah, jahe emprit, dan jahe merah diuji terhadap Mycobacterium tuberculosis sehingga dapat diketahui varietas mana yang memberikan aktivitas paling kuat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jahe merah memiliki aktivitas paling kuat terhadap galur Mycobacterium yang resisten. Selanjutnya dilakukan pengujian terhadap ekstrak rimpang jahe merah dan ekstrak buah mengkudu serta kombinasinya.
Hasil penelitian secara in vitro menunjukkan ekstra jahe merah dan buah mengkudu serta kombinasinya menghambat Mycobacterium tuberculosis H37Rv (sensitif) dan galur yang resisten (Mt 552 dan Mt 223). Kombinasi ekstrak etanol rimpang jahe merah dan ekstrak etanol buah mengkudu telah diketahui menghasilkan efek yang aditif, penurunan konsentrasi masing-masing ekstra hingga setengahnya dalam kombinasi menunjukkan aktivitas yang sebanding dengan ekstra tunggalnya. Ekstrak jahe dan ekstrak mengkudu menunjukkan aktivitas pad 5-20 mg/ml untuk berbagai galur Mycobacterium. Hasil uji toksisitas akut pada mencit menunjukkan dosis letal 50 (LD50) ekstra jahe merah, ekstra mengkudu dan kombinasinya lebih besar dari 5.000 mg/kg bb, sehingga dapat dinyatakan aman dan dapat diteruskan ke uji toksisitas subkronis.
Pemberian selama 90 hari kombinasi ekstra jahe merah dan mengkudu pada tikus sampai dosis 1.000 mg/kg bb tidak menunjukkan gejala klinis dan gangguan perilaku sebanding dengan kelompok kontrol. Pemberian kombinasi ekstra jahe merah dan mengkudu dapat meningkatkan bobot badan tikus jantan bermakna terhadap kontrol (p<0,05). Penggunaan berulang jahe merah-mengkudu sampai 400 mg/kg bb relatif aman sedangkan kombinasi jahe merah-mengkudu dosis 1.000 mg/kg bb berefek hepatotoksik ringan dan nefrotoksik yang bersifa reversibel.
Hasil uji teratogenik pada tikus menunjukkan kombinasi jahe-mengkudu masing-masing dosis 1.000 mg/kg bobot badan tidak berpengaruh pada rangka, organ tubuh termasuk otak, tetapi warna hati janin lebih gelap dibandingkan kelompok kontrol yang dikhawatirkan hepatotoksik pada janin.
Selanjutnya dibuat sediaan kapsul ekstrak jahe merah dan kapsul ekstra buah mengkudu yang masing-masing mengandung 250 mg ekstrak. Pada uji klinik kapsul ekstra jahe dan kapsul ekstrak kmengkudu digunakan sebagai terapi tambahan terhadap obat antituberkulosis standar.
Hasil uji klinis pada pasien tuberkulosis menunjukkan kombinasi ekstra rimpang jahe merah dan ekstrak buah mengkudu dapat mempercepat konversi basil tahan asam (BTA) positip ke BTA negatip pada dua bulan pengobatan (fase intensif), memperbaiki kualitas hidup/keadaan umum pasien. Hasil uji setelah dua bulan dan enam bulan penggunaan kapsul tidak mempengaruhi fungsi ginjal (kreatinin), hati (SGPT, SGOT) dan tidak mempengaruhi glukosa, kolesterol, trigliserida, urea serta profil darah (darah merah, darah putih, hemoglobil, angka hematokrit).
Secara umum sediaan fitofarmaka kapsul jahe dan kapul mengkudu dapat mempercepat kesembuhan pasien tuberkulosis dan relatif aman tetapi tidak dianjurkan untuk ibu hamil. Dengan demikian, kedua sediaan fitofarmaka tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan untuk membantu pemberantasan penyakit tuberkulosis. Kombinasi jahe-mengkudu sebagai antituberkulosis ini sudah didaftarkan ke Direktorat Paten, Ditjen HKI, Departemen Kehakiman dan HAM RI dan mendapat nomor P00200600332, Juni 2006.
morfologi kapang n khamir
Percobaan kali ini bertujuan untuk mnegetahui bagaimana morfologi kapang dan khamir yang terdapat dalam masing-masing sampel. Kapang dan khamir termasuk dalam golongan fungi. Kapang merupakan fungi yang berfilamen atau mempunyai miselium, sedangkan khamir merupakan fungi yang bersel tunggal dan tak berfilamen. Pertumbuhan fungi mula-mula berwarna putih, tetapi bila telah memproduksi spora maka akan terbentuk berbagai warna tergantung dari jenis kapang.
Praktikum kali ini dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama yaitu pengamatan mikroskopik dengan menggunakan mikroskop. Pada tahap ini, mula-mula dilakukan fiksasi pada glass objek yaitu dengan membersihkannya dengan alcohol kemudian dikeringkan di atas lampu spiritus. Tujuan fiksasi ini adalah untuk mensterilkan glass objek agar tidak ada mikroorganisme lain yang terikut di glass objek sehingga saat pengamatan yang terlihat adalah mikroorganisme yang murni berasal dari sampel. Setelah itu, sampel diletakkan di atas glass objekyang sebelumnya telah ditetesi metilen blue. Fungsi dari metilen blue ini adalah sebagai pewarna sel dari sampel sehingga morfologi kapang dan khamir sampel tersebut dapat terlihat. Kemudian glass objek ditutup dengan cover glass dan ditetesi dengan minyak emersi. Fungsi penambahan minyak emersi ini adalah untuk mengurangi sudut bias dan untuk menambah fokus pada perbesaran maksimum.
Pada sampel roti, fungi yang tumbuh melaui pengamatan dengan mikroskop dengan perbesaran 40x tampak bagian-bagian dari kapang tersebut seperti sporangium, sporangiospora, miselium, dan rhizoid. Jenis kapang pada sample roti yaitu Rhizopus atau sering disebut kapang roti. Kapang roti ini termasuk dalan kelas Zygomycetes dan mempunyai struktur hifa yang tidak bersekat atau nonseptat. Hifa merupakan benang tunggal atau bercabang-cabang. Kumpulan dari hifa-hifa ini akan membentuk miselium. Kapang yang tidak berseptat ini intinya tersebar di sepanjang septa. Kolumella dan apofisenya tidak begitu terlihat saat pengamatan karena tingkat perbesarannya yang kurang tinggi. Kapang ini membentuk rhizoid, hifa tak bersekat (somatik) yang menembus substrat, juga hifa fertil yang membentuk sporangium di ujung-ujung sporangiofor. Stolon adalah filamen seperti akar yang menghubungkan kumpulan sporangium. Kapang ini merupakan patogen opotunis artinya tidak menyebabkan pada inang sehat tetapi menyebabkan mikosis (infeksi oleh cendawan) pada inang terkompromi, yaitu orang-orang yang sudah menjadi lemah karena penyakit.
Pada sampel kedua yaitu fungi yang tumbuh pada medium PDA saat pengamatan dengan mikroskop pada perbesaran 40x terlihat sporangium, kolumella, apofise, sporangiofor, dan miseliumnya. Bentuk fungi yang tumbuh pada medium PDA ini hampir sama dengn fungi yang tumbuh pada roti. Fungi ini merupakan jenis kapang karena memiliki miselium. Kapang ini juga memiliki hifa yang tidak bersekat.
Pada sampel ketiga yaitu fungi yang tumbuh pada daun pembungkus nasi juga memiliki bentuk yang sama dengan kedua sampel diatas. Terlihat sporangium, kolumella, apofise, sporangiofor, sporangiospora, dan rhizoidnya pada pengamatan dengan mikroskop pada perbesaran 40x. Sporangiospora yang terlihat ini merupakan spora bersel satu yang terbentuk di dalam kantung yang disebut sporangium di ujug hifa khusus (sporangiofor).
Pada sampel keempat yaitu buah apel fungi yang tumbuh termasuk dalam jenis kapang Cladosporium. Terlihat konidiofor, konidia, dan miselium septanya. Konidiofor merupakan pembungkus spora jenis konidia. Miselium berseptatnya berwarna gelap, konidia berwarna gelap dan tersusun seperti ranting pohon pada ujung konidiofora, menyerupai stuktur neurospora kecuali warnanya berbeda, konidia bertunas, terdiri dari satu sel ketika masih muda kemudian menjadi dua sel setelah tua. Miselium berseptat merupakan hifa bersekat atau septet yaitu hifa dalam mangan-mangan, dimana setiap mangan mempunyai inti (nukleus) satu atau lebih. Dinding penyekat pada kapang tersebut untuk tumbuh septum yang tidak tertutup rapat sehingga sitoplasma masih dapat bebas bergerak dari satu ruang yang lainnya.
Pada sampel kelima yaitu fungi yang tumbuh pada jagung termasuk kapang tipe biseriate. Terlihat fialid, metula, vesikel, dan konidiofornya. Hal ini menandakan bahwa sampel tersebut termasuk ke dalam jenis kapang yaitu Aspergillus niger.
Tahap pertama telah dilakukan, kemudian tahap kedua pada praktikum kali ini merupakan pengamatan makroskopik atau pengamatan dengan mata telanjang pada cawan petri. Cawan tersebut diisi terlebih dahulu dengan medium PDA lalu dibiarkan hingga memadat. Digunakan medium ini karena PDA memiliki komposisi berupa karbohidrat yaitu kentang yang merupakan komposisi yang diperlukan untuk menumbuhkan kapang atau khamir. Setelah medium siap digunakan, kemudian sampel dimasukkan ke dalam medium tersebut dengan menggunakan metode gores yaitu sampel yang telah ditumbuhi mikroorganisme diambil menggunakan cotton buds dan digoreskan perlahan-lahan ke dalam cawan petri. Setelah itu cawan tersebut diinkubasi pada suhu kamar yaitu 27oC selama 3 hari. Setelah 3 hari dapat dilihat kapang atau khamir telah tumbuh dengan jelas.
Dari sampel-sampel yang telah ada, diamati warna, permukaan koloni, ada tidaknya garis radial, ada tidaknya eksudates drops dan warnanya, ada tidaknya bau khas, dan diamati juga keadaan bagian belakang cawan apakah terdapat semacam akar dari fungi tersebut atau tidak.
Pengamatan kapang pada sampel roti terdapat tiga jenis kapang yaitu warna hitam, putih, dan kuning yang menandakan bahwa spora yangtelah terbentuk juga berbeda-beda jenisnya. Masing-masing jenis kapang ini diberi perlakuan sendiri-sendiri. Pada kapang berwarna hitam permukaan koloninya berbentuk gunung dan terdapat butir-butir kecil, ada garis radialnya, tidak terdapat exudates drops atau tetes-tetes eksudat, tercium bau khas, dan pada bagian belakang cawan tidak terdapat akar. Pada kapang berwarna putih permukaan koloninya berbentuk seperti tepung, ada garis radialnya, tidak terdapat exudates drops atau tetes-tetes eksudat, tercium bau khas, dan pada bagian belakang cawan tidak terdapat akar. Pada kapang berwarna kuning permukaan koloninya berbentuk seperti kapas, ada garis radialnya, terdapat exudates drops atau tetes-tetes eksudat yang berwarna hijaus, tercium bau khas, dan pada bagian belakang cawan tidak terdapat akar. Garis radial merupakan garis yang memisahkan koloni yang satu dengan koloni yang lain dan eksudat drops adalah titik jamur seperti embun. Dari hasil yang diperoleh di atas dapat disimpulkan bahwa jamur yang tumbuh pada sampel roti termasuk ke dalam genus Rhizopus.
Pengamatan kapang pada medium PDA terlihat pertumbuhan kapang berwarna putih, permukaan koloninya rata, terdapat garis radial, tidak terdapat exudates srops, tercium bau khas, dan pada bagian belakang cawan terdapat akar. Dari hasil yang diperoleh di atas dapat disimpulkan bahwa jamur yang tumbuh pada sampel PDA termasuk ke dalam genus Rhizopus.
Pada daun pembungkus nasi terlihat kapang berwarna hijau lumut, permukaan koloninya berbentuk seperti beludru dan menggunung, terdapat garis radial, tidak terdapat exudates drops, tercium bau khas, dan tidak terdapat akar pada bagian bawah permukaan koloni. Dari hasil yang diperoleh di atas dapat disimpulkan bahwa jamur yang tumbuh pada sampel daun pembungkus nasi termasuk ke dalam genus Rhizopus.
Pada buah apel kapang yang terbentuk berwarna kuning, permukaan koloninya rata atau datar, ada garis radial di sekeliling koloni, tidak ada exudates drops, tercium bau khas, dan terdapat akar pada bagian bawah koloni.
Pada sampel jagung kapang yang terbentuk berwarna kuning, putih dan hijau. Permukaan koloni terlihat menggunung dan tidak ada garis radial. Tidak terdapat exudates drops, tercium bau khas, dan terdapat akar pada bagian bawah koloni. Dari hasil yang diperoleh di atas dapat disimpulkan bahwa jamur yang tumbuh pada sampel jagung termasuk ke dalam genus Aspergillus.
Praktikum kali ini dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama yaitu pengamatan mikroskopik dengan menggunakan mikroskop. Pada tahap ini, mula-mula dilakukan fiksasi pada glass objek yaitu dengan membersihkannya dengan alcohol kemudian dikeringkan di atas lampu spiritus. Tujuan fiksasi ini adalah untuk mensterilkan glass objek agar tidak ada mikroorganisme lain yang terikut di glass objek sehingga saat pengamatan yang terlihat adalah mikroorganisme yang murni berasal dari sampel. Setelah itu, sampel diletakkan di atas glass objekyang sebelumnya telah ditetesi metilen blue. Fungsi dari metilen blue ini adalah sebagai pewarna sel dari sampel sehingga morfologi kapang dan khamir sampel tersebut dapat terlihat. Kemudian glass objek ditutup dengan cover glass dan ditetesi dengan minyak emersi. Fungsi penambahan minyak emersi ini adalah untuk mengurangi sudut bias dan untuk menambah fokus pada perbesaran maksimum.
Pada sampel roti, fungi yang tumbuh melaui pengamatan dengan mikroskop dengan perbesaran 40x tampak bagian-bagian dari kapang tersebut seperti sporangium, sporangiospora, miselium, dan rhizoid. Jenis kapang pada sample roti yaitu Rhizopus atau sering disebut kapang roti. Kapang roti ini termasuk dalan kelas Zygomycetes dan mempunyai struktur hifa yang tidak bersekat atau nonseptat. Hifa merupakan benang tunggal atau bercabang-cabang. Kumpulan dari hifa-hifa ini akan membentuk miselium. Kapang yang tidak berseptat ini intinya tersebar di sepanjang septa. Kolumella dan apofisenya tidak begitu terlihat saat pengamatan karena tingkat perbesarannya yang kurang tinggi. Kapang ini membentuk rhizoid, hifa tak bersekat (somatik) yang menembus substrat, juga hifa fertil yang membentuk sporangium di ujung-ujung sporangiofor. Stolon adalah filamen seperti akar yang menghubungkan kumpulan sporangium. Kapang ini merupakan patogen opotunis artinya tidak menyebabkan pada inang sehat tetapi menyebabkan mikosis (infeksi oleh cendawan) pada inang terkompromi, yaitu orang-orang yang sudah menjadi lemah karena penyakit.
Pada sampel kedua yaitu fungi yang tumbuh pada medium PDA saat pengamatan dengan mikroskop pada perbesaran 40x terlihat sporangium, kolumella, apofise, sporangiofor, dan miseliumnya. Bentuk fungi yang tumbuh pada medium PDA ini hampir sama dengn fungi yang tumbuh pada roti. Fungi ini merupakan jenis kapang karena memiliki miselium. Kapang ini juga memiliki hifa yang tidak bersekat.
Pada sampel ketiga yaitu fungi yang tumbuh pada daun pembungkus nasi juga memiliki bentuk yang sama dengan kedua sampel diatas. Terlihat sporangium, kolumella, apofise, sporangiofor, sporangiospora, dan rhizoidnya pada pengamatan dengan mikroskop pada perbesaran 40x. Sporangiospora yang terlihat ini merupakan spora bersel satu yang terbentuk di dalam kantung yang disebut sporangium di ujug hifa khusus (sporangiofor).
Pada sampel keempat yaitu buah apel fungi yang tumbuh termasuk dalam jenis kapang Cladosporium. Terlihat konidiofor, konidia, dan miselium septanya. Konidiofor merupakan pembungkus spora jenis konidia. Miselium berseptatnya berwarna gelap, konidia berwarna gelap dan tersusun seperti ranting pohon pada ujung konidiofora, menyerupai stuktur neurospora kecuali warnanya berbeda, konidia bertunas, terdiri dari satu sel ketika masih muda kemudian menjadi dua sel setelah tua. Miselium berseptat merupakan hifa bersekat atau septet yaitu hifa dalam mangan-mangan, dimana setiap mangan mempunyai inti (nukleus) satu atau lebih. Dinding penyekat pada kapang tersebut untuk tumbuh septum yang tidak tertutup rapat sehingga sitoplasma masih dapat bebas bergerak dari satu ruang yang lainnya.
Pada sampel kelima yaitu fungi yang tumbuh pada jagung termasuk kapang tipe biseriate. Terlihat fialid, metula, vesikel, dan konidiofornya. Hal ini menandakan bahwa sampel tersebut termasuk ke dalam jenis kapang yaitu Aspergillus niger.
Tahap pertama telah dilakukan, kemudian tahap kedua pada praktikum kali ini merupakan pengamatan makroskopik atau pengamatan dengan mata telanjang pada cawan petri. Cawan tersebut diisi terlebih dahulu dengan medium PDA lalu dibiarkan hingga memadat. Digunakan medium ini karena PDA memiliki komposisi berupa karbohidrat yaitu kentang yang merupakan komposisi yang diperlukan untuk menumbuhkan kapang atau khamir. Setelah medium siap digunakan, kemudian sampel dimasukkan ke dalam medium tersebut dengan menggunakan metode gores yaitu sampel yang telah ditumbuhi mikroorganisme diambil menggunakan cotton buds dan digoreskan perlahan-lahan ke dalam cawan petri. Setelah itu cawan tersebut diinkubasi pada suhu kamar yaitu 27oC selama 3 hari. Setelah 3 hari dapat dilihat kapang atau khamir telah tumbuh dengan jelas.
Dari sampel-sampel yang telah ada, diamati warna, permukaan koloni, ada tidaknya garis radial, ada tidaknya eksudates drops dan warnanya, ada tidaknya bau khas, dan diamati juga keadaan bagian belakang cawan apakah terdapat semacam akar dari fungi tersebut atau tidak.
Pengamatan kapang pada sampel roti terdapat tiga jenis kapang yaitu warna hitam, putih, dan kuning yang menandakan bahwa spora yangtelah terbentuk juga berbeda-beda jenisnya. Masing-masing jenis kapang ini diberi perlakuan sendiri-sendiri. Pada kapang berwarna hitam permukaan koloninya berbentuk gunung dan terdapat butir-butir kecil, ada garis radialnya, tidak terdapat exudates drops atau tetes-tetes eksudat, tercium bau khas, dan pada bagian belakang cawan tidak terdapat akar. Pada kapang berwarna putih permukaan koloninya berbentuk seperti tepung, ada garis radialnya, tidak terdapat exudates drops atau tetes-tetes eksudat, tercium bau khas, dan pada bagian belakang cawan tidak terdapat akar. Pada kapang berwarna kuning permukaan koloninya berbentuk seperti kapas, ada garis radialnya, terdapat exudates drops atau tetes-tetes eksudat yang berwarna hijaus, tercium bau khas, dan pada bagian belakang cawan tidak terdapat akar. Garis radial merupakan garis yang memisahkan koloni yang satu dengan koloni yang lain dan eksudat drops adalah titik jamur seperti embun. Dari hasil yang diperoleh di atas dapat disimpulkan bahwa jamur yang tumbuh pada sampel roti termasuk ke dalam genus Rhizopus.
Pengamatan kapang pada medium PDA terlihat pertumbuhan kapang berwarna putih, permukaan koloninya rata, terdapat garis radial, tidak terdapat exudates srops, tercium bau khas, dan pada bagian belakang cawan terdapat akar. Dari hasil yang diperoleh di atas dapat disimpulkan bahwa jamur yang tumbuh pada sampel PDA termasuk ke dalam genus Rhizopus.
Pada daun pembungkus nasi terlihat kapang berwarna hijau lumut, permukaan koloninya berbentuk seperti beludru dan menggunung, terdapat garis radial, tidak terdapat exudates drops, tercium bau khas, dan tidak terdapat akar pada bagian bawah permukaan koloni. Dari hasil yang diperoleh di atas dapat disimpulkan bahwa jamur yang tumbuh pada sampel daun pembungkus nasi termasuk ke dalam genus Rhizopus.
Pada buah apel kapang yang terbentuk berwarna kuning, permukaan koloninya rata atau datar, ada garis radial di sekeliling koloni, tidak ada exudates drops, tercium bau khas, dan terdapat akar pada bagian bawah koloni.
Pada sampel jagung kapang yang terbentuk berwarna kuning, putih dan hijau. Permukaan koloni terlihat menggunung dan tidak ada garis radial. Tidak terdapat exudates drops, tercium bau khas, dan terdapat akar pada bagian bawah koloni. Dari hasil yang diperoleh di atas dapat disimpulkan bahwa jamur yang tumbuh pada sampel jagung termasuk ke dalam genus Aspergillus.
sahabat . . .atau???
hmmmpppff...yg nmx sahabat n temen tu ap c sebenerx??
g pernah ngerti ap bedanya...
emg dlm persahabatan tu sll ada pertengkarn..tp itu semua kmbali lagi ke individu masing" gmn qt bs nerima kekurangan n kelebihan sahabat qt sendiri..
barusan td saiia nntn pilem barat gt..
gtw ap judulnya
yg jelas ada satu hal yg bwt saiia berpikir..
choose one :
it's a --> pilih jadi pecundang yang g punya temen?
atau
it's b --> pilih punya banyak temen tapi diam" mereka membenci kalian..??
mn yg kaw pilih??
just think 'bout it..
g pernah ngerti ap bedanya...
emg dlm persahabatan tu sll ada pertengkarn..tp itu semua kmbali lagi ke individu masing" gmn qt bs nerima kekurangan n kelebihan sahabat qt sendiri..
barusan td saiia nntn pilem barat gt..
gtw ap judulnya
yg jelas ada satu hal yg bwt saiia berpikir..
choose one :
it's a --> pilih jadi pecundang yang g punya temen?
atau
it's b --> pilih punya banyak temen tapi diam" mereka membenci kalian..??
mn yg kaw pilih??
just think 'bout it..
Senin, 23 November 2009
1st postingan . . .
heemmm....
blog baru ne...bgg mw nulis apa..
??? *mikir mode:on*
ok...saiia mule ma kjadian hare ne z..
kuliah sore truss..cape.....
mn tgs bejubun g ngerti blass harus giat belajar ne..
ayo!!ayo!! semangat...!!!!
blog baru ne...bgg mw nulis apa..
??? *mikir mode:on*
ok...saiia mule ma kjadian hare ne z..
kuliah sore truss..cape.....
mn tgs bejubun g ngerti blass harus giat belajar ne..
ayo!!ayo!! semangat...!!!!
Langganan:
Postingan (Atom)