Percobaan kali ini bertujuan untuk mnegetahui bagaimana morfologi kapang dan khamir yang terdapat dalam masing-masing sampel. Kapang dan khamir termasuk dalam golongan fungi. Kapang merupakan fungi yang berfilamen atau mempunyai miselium, sedangkan khamir merupakan fungi yang bersel tunggal dan tak berfilamen. Pertumbuhan fungi mula-mula berwarna putih, tetapi bila telah memproduksi spora maka akan terbentuk berbagai warna tergantung dari jenis kapang.
Praktikum kali ini dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama yaitu pengamatan mikroskopik dengan menggunakan mikroskop. Pada tahap ini, mula-mula dilakukan fiksasi pada glass objek yaitu dengan membersihkannya dengan alcohol kemudian dikeringkan di atas lampu spiritus. Tujuan fiksasi ini adalah untuk mensterilkan glass objek agar tidak ada mikroorganisme lain yang terikut di glass objek sehingga saat pengamatan yang terlihat adalah mikroorganisme yang murni berasal dari sampel. Setelah itu, sampel diletakkan di atas glass objekyang sebelumnya telah ditetesi metilen blue. Fungsi dari metilen blue ini adalah sebagai pewarna sel dari sampel sehingga morfologi kapang dan khamir sampel tersebut dapat terlihat. Kemudian glass objek ditutup dengan cover glass dan ditetesi dengan minyak emersi. Fungsi penambahan minyak emersi ini adalah untuk mengurangi sudut bias dan untuk menambah fokus pada perbesaran maksimum.
Pada sampel roti, fungi yang tumbuh melaui pengamatan dengan mikroskop dengan perbesaran 40x tampak bagian-bagian dari kapang tersebut seperti sporangium, sporangiospora, miselium, dan rhizoid. Jenis kapang pada sample roti yaitu Rhizopus atau sering disebut kapang roti. Kapang roti ini termasuk dalan kelas Zygomycetes dan mempunyai struktur hifa yang tidak bersekat atau nonseptat. Hifa merupakan benang tunggal atau bercabang-cabang. Kumpulan dari hifa-hifa ini akan membentuk miselium. Kapang yang tidak berseptat ini intinya tersebar di sepanjang septa. Kolumella dan apofisenya tidak begitu terlihat saat pengamatan karena tingkat perbesarannya yang kurang tinggi. Kapang ini membentuk rhizoid, hifa tak bersekat (somatik) yang menembus substrat, juga hifa fertil yang membentuk sporangium di ujung-ujung sporangiofor. Stolon adalah filamen seperti akar yang menghubungkan kumpulan sporangium. Kapang ini merupakan patogen opotunis artinya tidak menyebabkan pada inang sehat tetapi menyebabkan mikosis (infeksi oleh cendawan) pada inang terkompromi, yaitu orang-orang yang sudah menjadi lemah karena penyakit.
Pada sampel kedua yaitu fungi yang tumbuh pada medium PDA saat pengamatan dengan mikroskop pada perbesaran 40x terlihat sporangium, kolumella, apofise, sporangiofor, dan miseliumnya. Bentuk fungi yang tumbuh pada medium PDA ini hampir sama dengn fungi yang tumbuh pada roti. Fungi ini merupakan jenis kapang karena memiliki miselium. Kapang ini juga memiliki hifa yang tidak bersekat.
Pada sampel ketiga yaitu fungi yang tumbuh pada daun pembungkus nasi juga memiliki bentuk yang sama dengan kedua sampel diatas. Terlihat sporangium, kolumella, apofise, sporangiofor, sporangiospora, dan rhizoidnya pada pengamatan dengan mikroskop pada perbesaran 40x. Sporangiospora yang terlihat ini merupakan spora bersel satu yang terbentuk di dalam kantung yang disebut sporangium di ujug hifa khusus (sporangiofor).
Pada sampel keempat yaitu buah apel fungi yang tumbuh termasuk dalam jenis kapang Cladosporium. Terlihat konidiofor, konidia, dan miselium septanya. Konidiofor merupakan pembungkus spora jenis konidia. Miselium berseptatnya berwarna gelap, konidia berwarna gelap dan tersusun seperti ranting pohon pada ujung konidiofora, menyerupai stuktur neurospora kecuali warnanya berbeda, konidia bertunas, terdiri dari satu sel ketika masih muda kemudian menjadi dua sel setelah tua. Miselium berseptat merupakan hifa bersekat atau septet yaitu hifa dalam mangan-mangan, dimana setiap mangan mempunyai inti (nukleus) satu atau lebih. Dinding penyekat pada kapang tersebut untuk tumbuh septum yang tidak tertutup rapat sehingga sitoplasma masih dapat bebas bergerak dari satu ruang yang lainnya.
Pada sampel kelima yaitu fungi yang tumbuh pada jagung termasuk kapang tipe biseriate. Terlihat fialid, metula, vesikel, dan konidiofornya. Hal ini menandakan bahwa sampel tersebut termasuk ke dalam jenis kapang yaitu Aspergillus niger.
Tahap pertama telah dilakukan, kemudian tahap kedua pada praktikum kali ini merupakan pengamatan makroskopik atau pengamatan dengan mata telanjang pada cawan petri. Cawan tersebut diisi terlebih dahulu dengan medium PDA lalu dibiarkan hingga memadat. Digunakan medium ini karena PDA memiliki komposisi berupa karbohidrat yaitu kentang yang merupakan komposisi yang diperlukan untuk menumbuhkan kapang atau khamir. Setelah medium siap digunakan, kemudian sampel dimasukkan ke dalam medium tersebut dengan menggunakan metode gores yaitu sampel yang telah ditumbuhi mikroorganisme diambil menggunakan cotton buds dan digoreskan perlahan-lahan ke dalam cawan petri. Setelah itu cawan tersebut diinkubasi pada suhu kamar yaitu 27oC selama 3 hari. Setelah 3 hari dapat dilihat kapang atau khamir telah tumbuh dengan jelas.
Dari sampel-sampel yang telah ada, diamati warna, permukaan koloni, ada tidaknya garis radial, ada tidaknya eksudates drops dan warnanya, ada tidaknya bau khas, dan diamati juga keadaan bagian belakang cawan apakah terdapat semacam akar dari fungi tersebut atau tidak.
Pengamatan kapang pada sampel roti terdapat tiga jenis kapang yaitu warna hitam, putih, dan kuning yang menandakan bahwa spora yangtelah terbentuk juga berbeda-beda jenisnya. Masing-masing jenis kapang ini diberi perlakuan sendiri-sendiri. Pada kapang berwarna hitam permukaan koloninya berbentuk gunung dan terdapat butir-butir kecil, ada garis radialnya, tidak terdapat exudates drops atau tetes-tetes eksudat, tercium bau khas, dan pada bagian belakang cawan tidak terdapat akar. Pada kapang berwarna putih permukaan koloninya berbentuk seperti tepung, ada garis radialnya, tidak terdapat exudates drops atau tetes-tetes eksudat, tercium bau khas, dan pada bagian belakang cawan tidak terdapat akar. Pada kapang berwarna kuning permukaan koloninya berbentuk seperti kapas, ada garis radialnya, terdapat exudates drops atau tetes-tetes eksudat yang berwarna hijaus, tercium bau khas, dan pada bagian belakang cawan tidak terdapat akar. Garis radial merupakan garis yang memisahkan koloni yang satu dengan koloni yang lain dan eksudat drops adalah titik jamur seperti embun. Dari hasil yang diperoleh di atas dapat disimpulkan bahwa jamur yang tumbuh pada sampel roti termasuk ke dalam genus Rhizopus.
Pengamatan kapang pada medium PDA terlihat pertumbuhan kapang berwarna putih, permukaan koloninya rata, terdapat garis radial, tidak terdapat exudates srops, tercium bau khas, dan pada bagian belakang cawan terdapat akar. Dari hasil yang diperoleh di atas dapat disimpulkan bahwa jamur yang tumbuh pada sampel PDA termasuk ke dalam genus Rhizopus.
Pada daun pembungkus nasi terlihat kapang berwarna hijau lumut, permukaan koloninya berbentuk seperti beludru dan menggunung, terdapat garis radial, tidak terdapat exudates drops, tercium bau khas, dan tidak terdapat akar pada bagian bawah permukaan koloni. Dari hasil yang diperoleh di atas dapat disimpulkan bahwa jamur yang tumbuh pada sampel daun pembungkus nasi termasuk ke dalam genus Rhizopus.
Pada buah apel kapang yang terbentuk berwarna kuning, permukaan koloninya rata atau datar, ada garis radial di sekeliling koloni, tidak ada exudates drops, tercium bau khas, dan terdapat akar pada bagian bawah koloni.
Pada sampel jagung kapang yang terbentuk berwarna kuning, putih dan hijau. Permukaan koloni terlihat menggunung dan tidak ada garis radial. Tidak terdapat exudates drops, tercium bau khas, dan terdapat akar pada bagian bawah koloni. Dari hasil yang diperoleh di atas dapat disimpulkan bahwa jamur yang tumbuh pada sampel jagung termasuk ke dalam genus Aspergillus.
Selasa, 24 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar